cerpen
Berarak awan menghiasi langit yang mulai kemerahan. Senja
itu, ku lewati bersama sahabat setiaku Reinita di rumah pohon. “indah
sekali langit di atas sana, ya?” Tanya ku.
“ya, sangat indah bahkan lebih indah dari bintang yang berkelip di malam hari”. Jawab nya dengan rasa kagum.
Aku senang bisa melihat sunset di sore hari bersama dengan nya. Kami
memang menyukai senja di sore hari. Sejak dulu kami memang suka duduk di
dalam rumah pohon kenangan ini hanya untuk melihat lembayung yang
berhias mentari sore dan awan jingga.
Kulihat Reinita sedang asyik berimajinasi sembari melihat langit. Tiba-tiba ia memanggilku. “Rita!” tengoknya ke arah ku.
“Ada apa?” tanyaku.
“Tidak, aku hanya ingin di saat nanti jika aku sudah tidak bersamamu
lagi, aku harap kamu tidak akan melupakan tempat dan kenangan terindah
ini”. Jawabnya.
“Ya sahabatku. Aku berjanji tidak akan melupakannya”. Ini saat bahagia
yang aku rasakan. Walaupun ini sudah terjadi dan sudah berulang kali
Reinita mengucapkan itu padaku, bagiku ini adalah yang paling indah.
Hari sudah mulai gelap. Aku dan Reinita hendak pulang. Akan tetapi,
disaat aku sedang menyebrang jalanan, terlihat olehku sebuah mini-bus
akan menyerempet ku hingga akhirnya Reinita mendorongku ke arah sebrang
sehingga ia yang tertabrak oleh kendaraan itu. Aku merasa bersalah, ya
tuhan aku mohon maaf atas kepergian sahabatku. Aku janji akan menepati
janji ku, wahai sahabat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar